baca dulu

Jumat, 26 Agustus 2016

Makalah Produksi Dendeng Belut Makanan Awetan




BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Manusia membutuhkan alat pemuas kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu diantaranya manusia membutuhkan pangan untuk bertahan hidup. Saat ini jenis kuliner yang dikonsumsi oleh manusia sangat beraneka ragam, mulai dari makanan ringan hingga makanan berat.
Manusia cenderung lebih suka yang instan daripada harus membuat sendiri. Hal inilah yang menjadi dasar penyusunan makalah  Proses Denndeng Belut ini. Dendeng merupakan makanan yang sudah tidak asing lagi bagi seluruh lapisan masyarakat. Rasa dengdeng yang beraneka ragam.
Maka dari itu penulis tertarik untuk membuat makalah ini, semoga bias bermanpaat untuk pembaca khususnya kepada kami umumnya masyarakat luas.

B.       Perumusan masalah
1.      Penggunaan bahan yang berkualitas dan aman
2.      Proses produksi yang higienis
3.      Mengutamakan keinginan konsumen

C.      Tujuan
1.      Memenuhi kebutuhan konsumen akan konsumsi makanan
2.      Melatih kemandirian
3.      Menerapkan jiwa kewirausahaan






















BAB II
PEMBAHASAN

A.      JENIS BELUT
Di Indonesia terdapat tiga jenis ikan belut, yaitu belut sawah (Monopterus albus Zuieuw), belut rawa (Synbranchus bengalensis Mc. Clell), dan belut bermata sangat kecil (Macrotema caligans Cant). Belut sawah merupakan jenis yang paling dikenal di Indonesia, sedangkan belut rawa jumlahnya terbatas sehingga kurang begitu dikenal.
Ikan belut sawah mempunyai bentuk tubuh panjang dan bulat seperti ular, tetapi tidak bersisik dan matanya kecil. Panjang seekor belut berkisar antara 10 cm hingga 3 m, dengan berat yang sangat bervariasi, dari ratusan gram hingga ada yang mencapai 65 kg.
Penangkapan belut sama seperti cara menangkap ikan lainnya, yaitu dengan peralatan antara lain bubu/posong, jaring/jala bermata lembut, serta pancing atau kail. Cara lainnya adalah dengan mengeringkan air kolam, sehingga belut mudah diambil.
Distribusi geografis belut cukup luas mencakup Asia Tenggara, Cina, dan Indonesia (Pulau Jawa, Madura, Bali, dan Sumatera). Di Indonesia, selain untuk pemenuhan pasar lokal, belut juga merupakan salah satu komoditas ekspor. Untuk memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat jumlahnya, saat ini budi daya belut sudah mulai banyak dilakukan oleh petani.
Dilihat dari komposisi gizinya, belut mempunyai nilai energi yang cukup tinggi, yaitu 303 kkal per 100 gram daging. Nilai energi belut jauh lebih tinggi dibandingkan telur (162 kkal/100 g tanpa kulit) dan daging sapi (207 kkal per 100 g).  Hal itulah yang menyebabkan belut sangat baik untuk digunakan sebagai sumber energi.

B.       KHASIAT BELUT
Nilai protein pada belut (18,4 g/100 g daging) setara dengan protein daging sapi (18,8 g/100g), tetapi lebih tinggi dari protein telur (12,8 g/100 g). Seperti jenis ikan lainnya, nilai cerna protein pada belut juga sangat tinggi, sehingga sangat cocok untuk sumber protein bagi semua kelompok usia, dari bayi hingga usia lanjut.
Protein belut juga kaya akan beberapa asam amino yang memiliki kualitas cukup baik, yaitu leusin, lisin, asam aspartat, dan asam glutamat. Leusin dan isoleusin merupakan asam amino esensial yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak-anak dan menjaga kesetimbangan nitrogen pada orang dewasa.
Leusin juga berguna untuk perombakan dan pembentukan protein otot. Asam glutamat sangat diperlukan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan asam aspartat untuk membantu kerja neurotransmitter. Tingginya kadar asam glutamat pada belut menjadikan belut berasa enak dan gurih. Dalam proses pemasakannya tidak perlu ditambah penyedap rasa berupa monosodium glutamat (MSG).
Kandungan arginin (asam amino nonesensial) pada belut dapat memengaruhi produksi hormon pertumbuhan manusia yang populer dengan sebutan human growth hormone (HGH). HGH ini yang akan membantu meningkatkan kesehatan otot dan mengurangi penumpukan lemak di tubuh. Hasil uji laboratorium juga menunjukkan bahwa arginin berfungsi menghambat pertumbuhan sel-sel kanker payudara.
Kaya Mineral dan Vitamin Belut kaya akan zat besi (20 mg/100 g), jauh lebih tinggi dibandingkan zat besi pada telur dan daging (2,8 mg/100g). Konsumsi 125 gram belut setiap hari telah memenuhi kebutuhan tubuh akan zat besi, yaitu 25 mg per hari. Zat besi sangat diperlukan tubuh untuk mencegah anemia gizi, yang ditandai oleh tubuh yang mudah lemah, letih, dan lesu.
Zat besi berguna untuk membentuk hemoglobin darah yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen tersebut selanjutnya berfungsi untuk mengoksidasi karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi untuk aktivitas tubuh. Itulah yang menyebabkan gejala utama kekurangan zat besi adalah lemah, letih, dan tidak bertenaga. Zat besi juga berguna untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh, sehingga tidak mudah terserang berbagai penyakit infeksi.
Belut juga kaya akan fosfor. Nilainya dua kali lipat fosfor pada telur. Tanpa kehadiran fosfor, kalsium tidak dapat membentuk massa tulang. Karena itu, konsumsi fosfor harus berimbang dengan kalsium, agar tulang menjadi kokoh dan kuat, sehingga terbebas dari osteoporosis. Di dalam tubuh, fosfor yang berbentuk kristal kalsium fosfat umumnya (sekitar 80 persen) berada dalam tulang dan gigi.
Fungsi utama fosfor adalah sebagai pemberi energi dan kekuatan pada metabolisme lemak dan karbohidrat, sebagai penunjang kesehatan gigi dan gusi, untuk sintesis DNA serta penyerapan dan pemakaian kalsium. Kebutuhan fosfor bagi ibu hamil tentu lebih banyak dibandingkan saat-saat tidak mengandung, terutama untuk pembentukan tulang janinnya.
Jika asupan fosfor kurang, janin akan mengambilnya dari sang ibu. Ini salah satu penyebab penyakit tulang keropos pada ibu. Kebutuhan fosfor akan terpenuhi apabila konsumsi protein juga diperhatikan.
Kandungan vitamin A yang mencapai 1.600 SI per 100 g membuat belut sangat baik untuk digunakan sebagai pemelihara sel epitel. Selain itu, vitamin A juga sangat diperlukan tubuh untuk pertumbuhan, penglihatan, dan proses reproduksi.
Belut juga kaya akan vitamin B. Vitamin B umumnya berperan sebagai kofaktor dari suatu enzim, sehingga enzim dapat berfungsi normal dalam proses metabolisme tubuh. Vitamin B juga sangat penting bagi otak untuk berfungsi normal, membantu membentuk protein, hormon, dan sel darah merah.

C.      PRODUKSI DENDENG BELUT
1.      DESKRIPSI
Belut banyak dibudidayakan di kolam atau di sawah.Nilai gizi belut cukup tinggi, terutama protein dan lemak. Pengolahan belut diantaranya dengan diolah menjadi dendeng belut.
2.      BAHAN :
Daging belut 1 Kg
3.      BUMBU YANG DIHALUSKAN :
Gula jawa 250 gram
Asam jawa 50 gram
Bawang merah 50 gram
Ketumbar 40 gram
Lada 5 gram
Garam 20 gram
4.      BAHAN UNTUK MEMBERSIHKAN LENDIR:
Abu gosok
5.      PERALATAN :
Pisau
Baskom
Oven
Anglo dan arang untuk membakar
6.      PROSES PEMBUATAN :
a.      Belut dimatikan dengan ditaburi garam tubuhnya sebanyak 30 gram setiap 1 Kg berat belut.
b.      Setelah mati, belut didiamkan ½ jam, lalu dibersihkan lendirnya dengan abu gosok yang dibalurkan ke tubuh belut.
c.       Cuci belut hingga bersih, lalu dipotong bagian kepala dan ekor, dan diiris punggungnya dari bagian kepala menuju ekor. Selanjutnya pengirisan dilanjutkan ke arah dalam mengikuti bentuk tulang punggung menuju perut, lalu isi perut dikeluarkan. Pengirisan diteruskan hingga tulang punggung belut mudah dikeluarkan,
d.      Bumbu dihaluskan, lumurkan pada belut hingga rata, diamkan selama 12 jam / 1 malam, kemudian dikeringkan selama ± 2 hari.
e.       Dendeng belut yang telah kering dibakar di atas anglo yang berisi arang panas hingga matang, kemudian digepuk sampai tipis, lalu dipanggang dalam oven bersuhu 50o C – 60o C hingga garing.




























BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Seperti pada jenis ikan lain, belut juga mengandung asam lemak omega 3. Kadar omega 3 pada lemak ikan, termasuk belut, sangat bervariasi tetapi berkisar antara 4,48 persen sampai dengan 11,80 persen. Kandungan omega 3 pada ikan, tergantung kepada jenis, umur, ketersediaan makanan, dan daerah penangkapan.
Dari hasil produksi tersebut kita tahu cara dan membuat, memasak dendeng belut yang enak, gurih dan lezat.

3.2 Saran
            Dengan dibuatnya makalah ini, kita dapat mengetahui khasiat dan manfaat belut yang mungkin selama ini kita anggap menjijikan. Oleh karena itu, mulai ini kita perlu untuk mengkonsumsi belut lagi.































DAFTAR PUSTAKA


Satwono, B. 1999. Budidaya Belut dan Tidar. Penerbit Penebar Swadaya (Anggota IKAPI). Jakarta.
Ronni Hendrik S. 1999. Budidaya Belut. Penerbit Bhratara, Jakarta
http://olahanbelut.blogspot.co.id/2012/05/dendeng-gepuk-belut.html


Unknown Web Developer

Tidak ada komentar:

Posting Komentar