BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia membutuhkan
alat pemuas kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu diantaranya
manusia membutuhkan pangan untuk bertahan hidup. Saat ini jenis kuliner yang
dikonsumsi oleh manusia sangat beraneka ragam, mulai dari makanan ringan hingga
makanan berat.
Manusia cenderung
lebih suka yang instan daripada harus membuat sendiri. Hal inilah yang menjadi
dasar penyusunan makalah Proses Denndeng
Belut ini. Dendeng merupakan makanan yang sudah tidak asing lagi bagi seluruh
lapisan masyarakat. Rasa dengdeng yang beraneka ragam.
Maka dari itu penulis tertarik untuk
membuat makalah ini, semoga bias bermanpaat untuk pembaca khususnya kepada kami
umumnya masyarakat luas.
B. Perumusan masalah
1.
Penggunaan bahan yang
berkualitas dan aman
2.
Proses produksi yang
higienis
3.
Mengutamakan
keinginan konsumen
C. Tujuan
1. Memenuhi kebutuhan konsumen akan
konsumsi makanan
2. Melatih kemandirian
3. Menerapkan jiwa kewirausahaan
BAB
II
PEMBAHASAN
A. JENIS BELUT
Di Indonesia terdapat tiga jenis ikan belut, yaitu belut
sawah (Monopterus albus Zuieuw), belut rawa (Synbranchus bengalensis Mc. Clell),
dan belut bermata sangat kecil (Macrotema caligans Cant). Belut
sawah merupakan jenis yang paling dikenal di Indonesia, sedangkan belut rawa
jumlahnya terbatas sehingga kurang begitu dikenal.
Ikan belut sawah mempunyai bentuk tubuh panjang dan bulat
seperti ular, tetapi tidak bersisik dan matanya kecil. Panjang seekor belut
berkisar antara 10 cm hingga 3 m, dengan berat yang sangat bervariasi, dari
ratusan gram hingga ada yang mencapai 65 kg.
Penangkapan belut sama seperti cara menangkap ikan
lainnya, yaitu dengan peralatan antara lain bubu/posong, jaring/jala bermata
lembut, serta pancing atau kail. Cara lainnya adalah dengan mengeringkan air
kolam, sehingga belut mudah diambil.
Distribusi
geografis belut cukup luas mencakup Asia Tenggara, Cina, dan Indonesia (Pulau
Jawa, Madura, Bali, dan Sumatera). Di Indonesia, selain untuk pemenuhan pasar lokal, belut
juga merupakan salah satu komoditas ekspor. Untuk memenuhi permintaan pasar
yang terus meningkat jumlahnya, saat ini budi daya belut sudah mulai banyak
dilakukan oleh petani.
Dilihat dari komposisi gizinya, belut mempunyai nilai
energi yang cukup tinggi, yaitu 303 kkal per 100 gram daging. Nilai energi
belut jauh lebih tinggi dibandingkan telur (162 kkal/100 g tanpa kulit) dan
daging sapi (207 kkal per 100 g). Hal itulah yang menyebabkan belut
sangat baik untuk digunakan sebagai sumber energi.
B. KHASIAT BELUT
Nilai protein pada belut (18,4 g/100 g daging) setara
dengan protein daging sapi (18,8 g/100g), tetapi lebih tinggi dari protein
telur (12,8 g/100 g). Seperti jenis ikan lainnya, nilai cerna protein pada
belut juga sangat tinggi, sehingga sangat cocok untuk sumber protein bagi semua
kelompok usia, dari bayi hingga usia lanjut.
Protein belut juga kaya akan beberapa asam amino yang
memiliki kualitas cukup baik, yaitu leusin, lisin, asam aspartat, dan asam
glutamat. Leusin dan isoleusin merupakan asam amino esensial yang sangat
diperlukan untuk pertumbuhan anak-anak dan menjaga kesetimbangan nitrogen pada
orang dewasa.
Leusin juga berguna untuk perombakan dan pembentukan
protein otot. Asam glutamat sangat diperlukan untuk meningkatkan sistem
kekebalan tubuh dan asam aspartat untuk membantu kerja neurotransmitter.
Tingginya kadar asam glutamat pada belut menjadikan belut berasa enak dan
gurih. Dalam proses pemasakannya tidak perlu ditambah penyedap rasa berupa
monosodium glutamat (MSG).
Kandungan
arginin (asam amino nonesensial) pada belut dapat memengaruhi produksi hormon
pertumbuhan manusia yang populer dengan sebutan human growth hormone (HGH). HGH ini yang akan membantu
meningkatkan kesehatan otot dan mengurangi penumpukan lemak di tubuh. Hasil uji
laboratorium juga menunjukkan bahwa arginin berfungsi menghambat pertumbuhan
sel-sel kanker payudara.
Kaya Mineral dan Vitamin Belut kaya akan zat besi (20
mg/100 g), jauh lebih tinggi dibandingkan zat besi pada telur dan daging (2,8
mg/100g). Konsumsi 125 gram belut setiap hari telah memenuhi kebutuhan tubuh
akan zat besi, yaitu 25 mg per hari. Zat besi sangat diperlukan tubuh untuk
mencegah anemia gizi, yang ditandai oleh tubuh yang mudah lemah, letih, dan
lesu.
Zat besi berguna untuk membentuk hemoglobin darah yang
berfungsi membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen tersebut
selanjutnya berfungsi untuk mengoksidasi karbohidrat, lemak, dan protein
menjadi energi untuk aktivitas tubuh. Itulah yang menyebabkan gejala utama
kekurangan zat besi adalah lemah, letih, dan tidak bertenaga. Zat besi juga
berguna untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh, sehingga tidak mudah
terserang berbagai penyakit infeksi.
Belut juga kaya akan fosfor. Nilainya dua kali lipat
fosfor pada telur. Tanpa kehadiran fosfor, kalsium tidak dapat membentuk massa
tulang. Karena itu, konsumsi fosfor harus berimbang dengan kalsium, agar tulang
menjadi kokoh dan kuat, sehingga terbebas dari osteoporosis. Di dalam tubuh,
fosfor yang berbentuk kristal kalsium fosfat umumnya (sekitar 80 persen) berada
dalam tulang dan gigi.
Fungsi utama fosfor adalah sebagai pemberi energi dan
kekuatan pada metabolisme lemak dan karbohidrat, sebagai penunjang kesehatan
gigi dan gusi, untuk sintesis DNA serta penyerapan dan pemakaian kalsium. Kebutuhan fosfor bagi ibu hamil tentu lebih banyak dibandingkan
saat-saat tidak mengandung, terutama untuk pembentukan tulang janinnya.
Jika asupan fosfor kurang, janin akan mengambilnya dari
sang ibu. Ini salah satu penyebab penyakit tulang keropos pada ibu. Kebutuhan
fosfor akan terpenuhi apabila konsumsi protein juga diperhatikan.
Kandungan vitamin A yang mencapai 1.600 SI per 100 g
membuat belut sangat baik untuk digunakan sebagai pemelihara sel epitel. Selain
itu, vitamin A juga sangat diperlukan tubuh untuk pertumbuhan, penglihatan, dan
proses reproduksi.
Belut juga kaya akan vitamin B. Vitamin B umumnya
berperan sebagai kofaktor dari suatu enzim, sehingga enzim dapat berfungsi
normal dalam proses metabolisme tubuh. Vitamin B juga sangat penting bagi otak
untuk berfungsi normal, membantu membentuk protein, hormon, dan sel darah
merah.
C. PRODUKSI DENDENG BELUT
1. DESKRIPSI
Belut banyak dibudidayakan di kolam atau di sawah.Nilai gizi
belut cukup tinggi, terutama protein dan lemak. Pengolahan belut diantaranya
dengan diolah menjadi dendeng belut.
2. BAHAN :
Daging belut 1 Kg
3. BUMBU
YANG DIHALUSKAN :
Gula
jawa 250 gram
Asam
jawa 50 gram
Bawang
merah 50 gram
Ketumbar
40 gram
Lada
5 gram
Garam
20 gram
4.
BAHAN UNTUK MEMBERSIHKAN LENDIR:
Abu gosok
5.
PERALATAN :
Pisau
Baskom
Oven
Anglo dan arang
untuk membakar
6.
PROSES PEMBUATAN :
a.
Belut dimatikan dengan ditaburi garam tubuhnya sebanyak 30
gram setiap 1 Kg berat belut.
b.
Setelah mati, belut didiamkan ½ jam, lalu dibersihkan
lendirnya dengan abu gosok yang dibalurkan ke tubuh belut.
c.
Cuci belut hingga bersih, lalu dipotong bagian kepala dan
ekor, dan diiris punggungnya dari bagian kepala menuju ekor. Selanjutnya
pengirisan dilanjutkan ke arah dalam mengikuti bentuk tulang punggung menuju
perut, lalu isi perut dikeluarkan. Pengirisan diteruskan hingga tulang punggung
belut mudah dikeluarkan,
d.
Bumbu dihaluskan, lumurkan pada belut hingga rata, diamkan
selama 12 jam / 1 malam, kemudian dikeringkan selama ± 2 hari.
e.
Dendeng belut yang telah kering dibakar di atas anglo yang
berisi arang panas hingga matang, kemudian digepuk sampai tipis, lalu
dipanggang dalam oven bersuhu 50o C – 60o C hingga garing.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Seperti pada jenis ikan lain, belut juga mengandung asam lemak omega 3. Kadar
omega 3 pada lemak ikan, termasuk belut, sangat bervariasi tetapi berkisar
antara 4,48 persen sampai dengan 11,80 persen. Kandungan omega 3 pada ikan,
tergantung kepada jenis, umur, ketersediaan makanan, dan daerah penangkapan.
Dari hasil produksi tersebut kita tahu cara dan membuat,
memasak dendeng belut yang enak, gurih dan lezat.
3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, kita dapat mengetahui khasiat dan manfaat belut
yang mungkin selama ini kita anggap menjijikan. Oleh karena itu, mulai ini kita
perlu untuk mengkonsumsi belut lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Satwono, B. 1999. Budidaya
Belut dan Tidar. Penerbit Penebar Swadaya (Anggota IKAPI). Jakarta.
Ronni Hendrik S. 1999.
Budidaya Belut. Penerbit Bhratara, Jakarta
http://olahanbelut.blogspot.co.id/2012/05/dendeng-gepuk-belut.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar